Behind The Super Kitchen (Part-2)

Rebanaan yuk :)

Kaget ya postingan ini langsung lihat roti segede gitu.. pengen tahu prosesnya? saya juga pengen. langsung aja ya. oiya ini sambungan cerita kunjungan saya ke bebeberapa toko roti di Ruwais cerita toko roti pertama ada di sini.

Pagi itu panitia memakai dress code hijau, dengan semangat 45  menuju lokasi dengan sebelumnya menjemput seorang adik cantik sesama panitia juga. Setelah sampai lokasi beberapa orang panitia bahkan peserta sudah ada yang foto-foto aja. Hmmm pemanfaatan waktu yang boleh juga sih sebagai sesama narsis sejati.

sebelum masuk dan nunggu peserta futu2 duyu ya

Setelah peserta gelombang satu berkumpul, kami memulai acara. Mbak Ike yang berfoto bersama saya sebagai ketua panitia memulai mengajak perserta pertama dan memperkenalkan kami pada MR. Mu"ath yang kebetulan merupakan manager toko roti tersebut.

Mr. Mu'ath sendiri tidak asing bagi saya karena sering bertemu saat saya belanja ke toko itu, dia sering saya lihat sebagai kasir, kadang mengecek barang dan pekerjaan lainnya. Pantas saja ternyata dia manager. setelah perserta gelombang satu sudah selesai masuk ke dapur maka giliran gelombang kedua yang akan masuk termasuk saya.

Kesempatan ini gak saya sia-siakan beberapa pertanyaan saya ajukan pada si empunya toko dan karyawannya. Alhamdulillah mereka sangat wellcome dan senang hati menjawab pertanyaan ibu-ibu yang sepertinya lebih banyak fotonya dari pada nanyanya. Hahhaha ups

Beberapa info yang saya dapat ternyata toko roti yang sudah berdiri sejak 35 tahun itu adalah merupakan toko roti keluarga yang turun temurun. Dan Mr. Mu'ath itu adalah generasi kedua yang meneruskan toko roti itu. Ada beberapa keganjilan saat saya bertanya beberapa pertanyaan menyangkut budget dan berapa terigu yang dihabiskan perharinya. Dia selalu bilang bahwa.. 

"This information only for you right?"

Dua kali dia selalu menyatakan itu dan bikin saya bingung.. maksudnya apa ya? hahaha 

Jadi malu ada yang candid-in eike

Dari pada saya bingung, saya pun melanjutkan pertanyaan lainnya pada pegawai yang sedang membuat adonan. Tidak seperti toko sebelumnya toko ini lebih besar dan lebih banyak lagi pegawainya. Pegawai dibagi menjadi shift siang dan malam sehingga jika pagi tiba maka roti baru dan hangat selalu tersaji dengan manis di etalase-etalase toko. 

seneng banget bisa liat prosesnya langsung

Saya juga baru tahu kalau ternyata dia mempunyai oven yang istimewa karena tidak dibuat lagi di pabriknya. Oven yang sama dengan berdirinya toko ini. dan masih terawat sampai saat ini. Alruwais bakery juga memasok roti kesetiap toko lain di ruwais bahkan sampai ke kampung sebelah. 

Teh ami, teman ini paling antusias membantu membungkus roti libanon

Untuk roti kadaluarsa mereka biasa menjualnya pada petenak untuk diberikan pada hewan ternak mereka seperti unta kambing dan sapi. Tuh kan pantesan aja untanya aja makan roti gimana gak tinggi coba. haha Di dalam dapur mereka memisahkan pengolahan roti manis dan roti tawar atau asin. mereka juga tidak mempunyai koki khusus hanya biasanya setiap roti manis dan tawar ada penangung jawabnya sendiri.

Bukan hanya yang manis asinan juga ada..
hmmm jadi pengen ke bogor karena yang ini rasanya beda

Beberapa kue manis banyak sekali yang mirip dengan di Indonesia seperti tengteng, aneka kue semprit dan juga asinan. Tetapi disini asinan lebih ke terong-terongan dan buah zaitun. karena sebagian warga arab memang menyukai manis jadi teng-teng dan kue-kue manis terasa lebih manis dari buatan kita di Indonesia.

Ini mirip teng teng ya.. nah klo ini rasanya mirip dengan yang di indonesia

Duh rotinya mentlu mentlu.. itu roti libanon yang tadi 

Sedangkan roti yang besar yang saya pegang tadi yang lebih mirip rebana, itu adalah roti arab yang berisi strawberry jam. Mereka juga tidak menjual langsung sebesar itu. Tapi mereka menjual dengan memotong-motong terlebih dahulu menjadi beberapa bagian.

Banyak sekali pelajaran dan penghargaan yang saya apresiasi buat mereka pembuat roti itu. two thumb up deh buat para roti maker di seluruh dunia keseruan melihat prosesnya, dan mengenal satu-demi satu nama dan asal muasal mereka dibuat membuat saya belajar menghargai.

Setelah acara usai seperti ditempat pertama, kami panitia biasa berkumpul buat evaluasi. Dan saat kami sedang berkumpul Mr. Mu'at kembali menemui kami dan katanya menginginkan beberapa foto yang kami jepret tadi, saya iseng bertanya,

"May i know for what?, you want to show to your wife? "

"No, i don't have wife yet. "

"Whuaaaaaa..." Jeritan emak-emak  mengakhiri kunjungan siang itu di toko roti Mr. Mu'ath.