Jika tidak salah ingat, lebaran tahun lalu mengenal Mak Karryna, beliaulah salah satu pengikut awal Blog Kinzihana. Blogger yang rendah hati dan tidak sombong. Saking tidak sombongnya saya baru tahu kalau dia ternyata punya butik hehe. Dan kali ini mengadakan Give away menjelang Ramadhan.
Seandainya boleh memilih saya kok maunya setiap bulan itu bulan puasa. Selain Alloh memberi Bonus banyak pahala, Ramadhan juga sangat memberi bekas banyak kenangan di lubuk hati paling dalam. Banyak hutang kebersamaan yang saya lewati.
20 Tahun Yang lalu
Seorang anak perempuan suka sekali dikepang dua, kulitnya sawo matang. Eh sebentar sawo matang atau hitam manis sama sajakan? Hehe. Sejak kecil terbiasa dimanja, walau bukan dari keluarga kaya raya, akan tetapi gadis berkepang dan ke enam kakaknya tidak pernah disuruh bekerja, tugasnya hanya belajar. Panggilannya Iteung, karena kulitnya yang hitam.
Bermain belajar mengaji itulah keseharian Nyi Iteung. Suatu hari Iteung diajak kerumah seorang temannya untuk memamerkan baju lebarannya. Bagus sekali, roknya mengembang seperti Ballerina. Iteung pulang kerumah dan ingin sekali segera membeli baju lebaran seperti temannya. Tetapi Iteung tak berani untuk meminta, sepertinya bukan saat yang tepat untuk meminta baju lebaran hari itu. Karena semalam Emak menyajikan menu Sardine. Menu Sardine adalah menu saat Emak sedang kesulitan uang. Menu itu biasanya muncul pada saat-saat Emak dan Abah sedang ngirit-ngiritnya soal uang. Biasanya usaha Abah sedang tidak lancar dan tabungan Emak sedang menipis.
Iteung setiap hari selalu mengingat baju yang ditunjukan temannya, Iteung hanya bisa berdoa semoga Kakaknya yang sudah bekerja di kota mengirim uang untuk Emak dan Abah. Atau semoga saja Pabrik penumbuk padi Abah banyak menerima orderan menumbuk padi.
Ramadhan terus berlalu, Iteung dan Keenam Kakaknya menjalani puasa dengan Khidmat seperti yang selalu Emak ajarkan. Semua ikhlas dengan menu apapun yang disajikan Emak, Mungkin karena Emak pandai memasak jadi, apapun menu Ramadhan selalu habis tak bersisa. Saat makan anak-anak tidak ada yang berebut ataupun gaduh. Emak selalu memberi porsi yang pas untuk setiap anaknya.
Lebaran tinggal tiga hari lagi, Iteung harap-harap cemas dan nyaris sampai pada kesimpulan akan memakai baju lebaran tahun lalu untuk tahun ini. Baju lebaran masih menjadi sesuatu yang Istimewa. Karena memang Iteung tidak pernah membeli baju baru selain bulan Ramadhan. Biasanya Jika Kakak Iteung mempunyai baju yang kesempitan maka baju itu akan turun untuk dipakai Iteung. kakak-Kakak Iteung pun demikian memakai baju lungsuran dari Kakak sebelumnya.
Esok Lebaran Iteung Ikhlas memakai baju lebaran tahun lalu, dan sudah dicuci bahkan disetrika. Pukul delapan malam sebuah Ojek berhenti di depan rumah, disela-sela gema takbir. Emak sedang membuat opor dan ketupat. Seseorang membayar Ojek dan mendekati rumah. Wahhh A Arif Kakak pertama Kami yang bekerja di kota. Kami menyambut gembira. Ada baju koko buat Abah, baju gamis buat Emak, baju-baju kaos dan celana jeans untuk Kakak-kakak Iteung. Untuk Iteung, A arif membawakan baju indah motif bunga, roknya mengembang ada kerutan di tangan, dan sebuah pita merah di perut indah sekali . Keluarga Iteung berlebaran dengan suka cita.
Kini..,
Iteung sudah memiliki dua anak, sudah sepuluh tahun Iteung tak lagi berlebaran bersama Emak dan Abah. Iteung bukannya tidak mau, Iteung bukannya tidak sedih, tetapi Iteung hanya menuruti titah suaminya. Setahun sekali memang Iteung pulang mengunjungi Emak. Akan tetapi tidak saat lebaran. Iteung selalu tak lupa mengirim baju lebaran untuk Abah dan Emak, serta sepucuk surat bahwa,
"Iteung mohon keikhlasan Emak dan Abah , lagi, lagi dan lagi ramadhan dan lebaran ini Iteung tidak bisa berkumpul dengan EMak dan Abah, Iteung titip sembah sujud untuk Abah dan Emak , dari ananda yang berlimpah dosa." Itulah pesan yang selalu Iteung tulis untuk Abah dan Emak.
Lebaran menjadi hal yang sangat dirindukan Iteung, ramadhan menjadi bulan yang mahal , bulan dimana setiap manusia ingin bersama Ibunya, begitu juga suami Iteung. Iteung Ikhlas berbagi ramadhan dengan siapapun disampingnya, Insya alloh Iteung Ikhlas menanti suatu saat akan datang ramadhan dan berlebaran bersama Abah Emak dan Kakak-kakak.
Sayalah Iteung, mungkin bisa di bilang anak durhaka, karena sering sekali melalaikan Emak dan Abah tak bisa menemaninya saat renta.
Seandainya boleh memilih saya kok maunya setiap bulan itu bulan puasa. Selain Alloh memberi Bonus banyak pahala, Ramadhan juga sangat memberi bekas banyak kenangan di lubuk hati paling dalam. Banyak hutang kebersamaan yang saya lewati.
20 Tahun Yang lalu
Seorang anak perempuan suka sekali dikepang dua, kulitnya sawo matang. Eh sebentar sawo matang atau hitam manis sama sajakan? Hehe. Sejak kecil terbiasa dimanja, walau bukan dari keluarga kaya raya, akan tetapi gadis berkepang dan ke enam kakaknya tidak pernah disuruh bekerja, tugasnya hanya belajar. Panggilannya Iteung, karena kulitnya yang hitam.
Bermain belajar mengaji itulah keseharian Nyi Iteung. Suatu hari Iteung diajak kerumah seorang temannya untuk memamerkan baju lebarannya. Bagus sekali, roknya mengembang seperti Ballerina. Iteung pulang kerumah dan ingin sekali segera membeli baju lebaran seperti temannya. Tetapi Iteung tak berani untuk meminta, sepertinya bukan saat yang tepat untuk meminta baju lebaran hari itu. Karena semalam Emak menyajikan menu Sardine. Menu Sardine adalah menu saat Emak sedang kesulitan uang. Menu itu biasanya muncul pada saat-saat Emak dan Abah sedang ngirit-ngiritnya soal uang. Biasanya usaha Abah sedang tidak lancar dan tabungan Emak sedang menipis.
Iteung setiap hari selalu mengingat baju yang ditunjukan temannya, Iteung hanya bisa berdoa semoga Kakaknya yang sudah bekerja di kota mengirim uang untuk Emak dan Abah. Atau semoga saja Pabrik penumbuk padi Abah banyak menerima orderan menumbuk padi.
Ramadhan terus berlalu, Iteung dan Keenam Kakaknya menjalani puasa dengan Khidmat seperti yang selalu Emak ajarkan. Semua ikhlas dengan menu apapun yang disajikan Emak, Mungkin karena Emak pandai memasak jadi, apapun menu Ramadhan selalu habis tak bersisa. Saat makan anak-anak tidak ada yang berebut ataupun gaduh. Emak selalu memberi porsi yang pas untuk setiap anaknya.
Lebaran tinggal tiga hari lagi, Iteung harap-harap cemas dan nyaris sampai pada kesimpulan akan memakai baju lebaran tahun lalu untuk tahun ini. Baju lebaran masih menjadi sesuatu yang Istimewa. Karena memang Iteung tidak pernah membeli baju baru selain bulan Ramadhan. Biasanya Jika Kakak Iteung mempunyai baju yang kesempitan maka baju itu akan turun untuk dipakai Iteung. kakak-Kakak Iteung pun demikian memakai baju lungsuran dari Kakak sebelumnya.
Esok Lebaran Iteung Ikhlas memakai baju lebaran tahun lalu, dan sudah dicuci bahkan disetrika. Pukul delapan malam sebuah Ojek berhenti di depan rumah, disela-sela gema takbir. Emak sedang membuat opor dan ketupat. Seseorang membayar Ojek dan mendekati rumah. Wahhh A Arif Kakak pertama Kami yang bekerja di kota. Kami menyambut gembira. Ada baju koko buat Abah, baju gamis buat Emak, baju-baju kaos dan celana jeans untuk Kakak-kakak Iteung. Untuk Iteung, A arif membawakan baju indah motif bunga, roknya mengembang ada kerutan di tangan, dan sebuah pita merah di perut indah sekali . Keluarga Iteung berlebaran dengan suka cita.
Kini..,
Iteung sudah memiliki dua anak, sudah sepuluh tahun Iteung tak lagi berlebaran bersama Emak dan Abah. Iteung bukannya tidak mau, Iteung bukannya tidak sedih, tetapi Iteung hanya menuruti titah suaminya. Setahun sekali memang Iteung pulang mengunjungi Emak. Akan tetapi tidak saat lebaran. Iteung selalu tak lupa mengirim baju lebaran untuk Abah dan Emak, serta sepucuk surat bahwa,
"Iteung mohon keikhlasan Emak dan Abah , lagi, lagi dan lagi ramadhan dan lebaran ini Iteung tidak bisa berkumpul dengan EMak dan Abah, Iteung titip sembah sujud untuk Abah dan Emak , dari ananda yang berlimpah dosa." Itulah pesan yang selalu Iteung tulis untuk Abah dan Emak.
Lebaran menjadi hal yang sangat dirindukan Iteung, ramadhan menjadi bulan yang mahal , bulan dimana setiap manusia ingin bersama Ibunya, begitu juga suami Iteung. Iteung Ikhlas berbagi ramadhan dengan siapapun disampingnya, Insya alloh Iteung Ikhlas menanti suatu saat akan datang ramadhan dan berlebaran bersama Abah Emak dan Kakak-kakak.
Sayalah Iteung, mungkin bisa di bilang anak durhaka, karena sering sekali melalaikan Emak dan Abah tak bisa menemaninya saat renta.
hayoooo..jangan suka membuat orangtua menangis karena anaknya jarang ngasih kabar
ReplyDeleteSemoga berjaya dalam GA
Salam hangat dari Surabaya
aamiin mkasih pakde salamnya jadi panas sampe 50' hehe
Deleteyah konsekwensi tinggal dinegeri tetangga ya mbak, jadwal mudiknya tidak bisa diprediksi, tapi yang penting saling mendoakan agar semua baik2 adanya
ReplyDeletebetul sekali mas insan.. aaminn ya robbal alamin
DeleteAh mak Hana, jauh banget di rantau yah .. eh katanya bulan agustus pulang ke indonesia mak, jadi? Smoga bisa lepas kangen dg keluarga dan smoga menang kontesnya yaa..
ReplyDeleteiya insya alloh 1 agustus tak sabar menanti mak..
ReplyDeletecengeng banget aku ya
aku jadi kepikiran banyak hal :(
ReplyDeleteKadang bukan pemberian yang orang tua inginkan tapi kehadiran yang selalu mereka rindukan.
ReplyDeleteSaya turut merasakan mbak piye rasane lebaran tak bisa kumpul bareng emak dan keluarga. Pas denger takbir di daerah orang lain rasane ngenes di hati Ikhs...
ReplyDeletemet sahur dan moga berjaya di gelaran GA-nya
Waktu jd tkw hongkong, Saya jg ngerasain lebaran ndak kumpul dgn keluarga 9thn mbak. Baru 2x ramadhan ini saya di indonesia.
ReplyDeleteRasanya nelangsa bngt ya :)
Sekalipun tidak bisa berkumpul, doa selalu dipanjatkan. Mbak Hana seorang istri yang memang sudah kewajibannya mengikuti/mendampingi suami.
ReplyDeleteJadi terharu deh, bacanya.Kalo Hana kakaknya 6, kalau saya adiknya 6 hehehe... sama2 enam :)Jadi, tahun ini gak pulang dong...
ReplyDeleteOrang tua, akan selalu mengerti keadaan dan kondisi anak2nya, jadi pasti orang tua memaklumi kalau tidak bisa setiap tahun berlebaran bersama.
bersyukurlah bg mereka yg msh sempat berlebaran thn ini bersama ortunya dan manfaatkanlah momen ini dgn baik cz bs jd tahun dpn mereka sdh tiada *ko kayak ceramah tarwih ya *smile
ReplyDeletemg Bunda & sek sehat selalu aamiin..
insyaallah do'a tetap selalu mengalir kepada orangtua walpun jauh yah..saya juga pernah maerasakannya :)
ReplyDeletehickz,sedih bangetttt...sama kayak sama mbk...puasa jauh dari orangtua dan suami :(
ReplyDeleteselamat berpuasa mak,baarakallah
Bisa dibayangkan sedihnya gak bisa ketemu ortu pas ramadan dan puasa :-(
ReplyDeleteapalagi jurnalis ya, yang hari biasa aja, masih kelayapan nyari berita & tugas, di luar kota atau pelosok, tentu sangat jarang pulang, sekalipun lebaran tiba :(
ReplyDeleteCeritanya sedih bu, semoga si hitam manis bisa bertemu dengan abah dan emak di kemudian hari :')
ReplyDeleteBismillah...salam kenal Bund...kunjungan pertama.
ReplyDeleteHmmm, Nyi Iteung sekarang sudah menjadi bumda, tahu betul ya, gimana rasanya jauh dari buah hati...semoga semua dilimpahkan kesabaran dan keikhlasan...happy ramadhan Bund...
Semoga bisa berkumpul dengan keluarga secepatnya, biar cinta merealitas..
ReplyDeleteSalam persahabatan :)
semoga bisa berkumpul :)
ReplyDeleteSubhanallah, terharu baca suratnya mbak ...
ReplyDeletehayoooo si iteung nakal gak ngumpul bareng emak dan bapak :'(
ReplyDeleteCeritanya menyentuh, Mbak Iteung, eh Mbal Hana, hmmm....
ReplyDeleteTapi, orangtua sangat memahami kok, Mbak. Semoga sukses selalu ya, Mbak.
Ih, kok saya sedih bacanya Mak..
ReplyDeletebegitulah nasib ekonomi yang pas-pasan. ingin berkumpul keluarga tapi apa daya. cerita seperti nasibku .
ReplyDeletewah mbak hana...kembaran saya..*halah ngaku ngaku aja nieh....maksudnya kembaran nama "sugiharti"nya aja..dan juga kembaran nama "kinan" putrinya..hehehe...asli sampai saat ini saya masih merasa "amazing" kok bisa gitu nama kita dan anak kita mengadung unsur yang sama...:) subhnallah....
ReplyDeletewalah malah OOT...hmmm ini kayaknya kisah pribadi yah mbak..
semoga insyallah Abah dan Ambu mengerti...membacanya ikutan mewek terharu..dan semoga kelak bisa Mudik pas lebaran gitu jadi bisa ngumpul sama abah dan ambu serta keluarga yang lainnya..
sukses GA-nya mbak..selamat menunaikan ibadah ramadhan mohon maaf lahir dan batin salam buat keluarga
Si Iteuuuung jarang pulang, sperti Bang Toyib. :)
ReplyDeleteKeinginannya sih pasti bisa berkumpul bersama keluarga, tapi kadang kala takdir tidak berkata demikian ya, Mba.
Kalau orang tua bilang sih "yang penting semuanya sehat wal afiat". :)
Semoga menang, ya. . .
Mari bangun rasa keikhlasan dalam berbagi dengan sesama...
ReplyDeleteSemoga tahun ini bisa pulang dan bisa bersilatrahmi dengan oran tua. Sukses GA nya.
ReplyDeletewih ceritanya....
ReplyDeletesemoga menang ya.. :)
ceritanya, deuh...
ReplyDeletedimaklumi deh, karena saya juga merasakan gimana gitu.
nggak bisa berkumpul sama orangtua saat lebaran.
semoga sukses GA-nya
ayo jangan lupa pulang ya mbak :)
ReplyDeleteduhai Nyi Iteung, jangan gundah, abah dan emak pasti paham lah. Memangnya Jakarta-Bogor yg gampang nyampenya hehehee... gak kebayang deh tinggal nun jauh di seberang lautan sana, jauh dari ortu dan keluarga. Seize your day ya Nyi Iteung, abah dan emak didoain utk menghalau rindu :)
ReplyDeleteDuh, ikut sedih...
ReplyDeleteWaktu merantau dulu, saya bela2in buat pulang dan berlebaran di kampung, meski harus membobol celengan, hehe. Beberapa kali ga bisa pulang, rasanya gimanaa gitu... :'(
Semoga sukses untuk GA-nya, mbak Hana ^_^
Si Iteung niiich, anak yang berbakti kepada orang tua...huhuuu, kenapa jadi aku malah sedih ya? sukses ya Mak Hana...yang penting mah, masih ingat kirim baju lebaran..hehee, Inza Alloh orang tua mah ikhlas untuk kebaikan anak-anaknya.
ReplyDeleteSalam
Astin
kalo 1 Agustus pulang ke Indo, berarti akan lebaran di sini dong mbak.
ReplyDeleteSejak menikah, saya lebaran bergantian di rumah ortu dan rumah mertua. Belum pernah merasakan lebaran jauh dari keluarga.
Gutlak GA nya mbak.
Sudah 10 tahun tak bisa berlebaran dengan orang tua ya mbak?
ReplyDeleteWah pasti terasa berat... namun Orang tua pasti ikhlas karena memang tahu kondisi itu sebetulnya bukan kondisi yang mbak inginkan juga.
Semoga akan segera tiba masanya mbak dan suami bisa berlebaran dg keluarga.
BTW... gudlak ya utk kontesnya
Iya Mba kebayang sedihnya nggak bisa berlebaran bareng orang tua,,,,kalo saya pasti nangis darah :)
ReplyDeletesukses GA nya ya Mba :)
yang penting do'anya, mbak Hana... pulang kampung tidak harus di hari raya, bukan? Allah yang Maha Tahu atas segala usaha dan do'a-do'a kita :)
ReplyDeletewah jaman dulu rok ballerina bagi anak perempuan in banget ya mbak. Semoga kita diberi banyak kesempatan oleh Allah menemani ortu kita ya mbak, amiiin
ReplyDeleteSemoga bisa segera didekatkan dengan orang tua ya mbak,
ReplyDeleteRasanya sudah komen, ternyata belum. Hihi, sabar ya mak, seniga nanti ada waktu untuk lebaran bersama bapak dan ibunya. Terima kasih partisipasinya yaa
ReplyDeleteSelamat yaaaaaa :-) peyuukkkkk
ReplyDeleteHiks..sepertinya saya juga harus merasakan Lebaran jauh dari ortu tahun ini, karna merantau juga sama suami, belum bisa pulang mudik.. Btw, selamat ya Mbak menang GAnya.
ReplyDeleteartikel yang sangat indah sekali kak
ReplyDelete