Tuesday, July 2, 2013

Prompt #19: Moms and Children

Gambar
Dokumentasi Pribadi Nurul Noe
Emak dan aku berjalan bergandengan, menapaki jalanan kampung yang becek, sisa hujan tadi malam. Aku merekam satu persatu jalanan, tikungan, sawah dan rumah-rumah penduduk yang kulewati. Entah kapan  aku akan datang ke kampung ini lagi. Aku hanya memiliki sedikit biaya, untuk bekalku diperantauan. Sepertinya aku  akan jarang pulang.

"Kalau sudah sampai di sekolah jangan pisah sama rombongan, ya! Terus simpan nomor telepon Mang Udin tetangga kita itu, kalau ada apa-apa sama kamu Emak jadi tahu, ya!" Emak memberi arahan. Arahan seperti pada anak kelas 6 SD. Padahal aku sudah SMU dan sebentar lagi akan kuliah kedokteran di Universitas Negeri terhebat di Indonesia. Hasil jerih payahku saat ujian dan UMPTN.  Beasiswa! Ya,  ada beberapa siswa yang akan melanjutkan study ke Jogya, dan pihak sekolah dengan bangga hati menyewa sebuah mini bus untuk mengantar kami melanjutkan pendidikan.

"Iya, Mak." Aku mengangguk dan memegang erat tangan Emak."

"Oiya satu lagi, Emak gak bisa kasih kamu bekal banyak kamu harus pergunakan uang seperlunya ya, jangan beli oleh-oleh yang gak perlu kalau nanti pulang, Emak sudah gak pengen apa-apa."

"Iya, Mak. Tapi kan aku sudah membayangkan Emak pasti pengen kain batik yang pernah kita lihat dulu waktu ke rumah Embah di Jogya, kan?"

"Sudah, Emak sudah gak kepengen." Raut muka Emak datar, sepertinya Emak memang tidak mempunyai ambisi-apa-apa.

Aku mengandeng erat tangan Emak saat sampai pada sebuah jembatan yang memisahkan kampung kami dengan kota. Sebetulnya aku tak mau diantar Emak, karena biasanya aku bisa pergi sendiri melewati jembatan yang sudah tiga tahun kulewati jika pergi sekolah. Jembatan ini satu-satunya penghubung jika kami hendak keluar dari desa. Kayu dan bambu yang sudah tidak terjamah subsidi pemerintah. Terakhir kali kulihat jembatan ini diperbaiki saat usiaku masih SD, aku sangat ingat saat itu ada pemilihan kepala desa . Saat kampanye, Kepala Desa berjanji jika menang akan memperbaiki jembatan ini.

Mungkin sebagian rakyat berfikir akan dibangun jembatan megah dan dapat dilalui oleh setidaknya kendaraan roda dua seperti motor, tetapi apa daya ternyata untuk dilalui sepeda dengan muatan hasil pangan saja bambu yang menyangganya sudah menghawatirkan. Padahal sungai yang mengalir dibawahnya sangat deras. Kadang jika musim hujan debit airnya meninggi dan jembatan itu tak terlihat. hanya nampak pegangannya saja. Jika sudah kena air begitu makan jembatan akan cepat rapuh. Warga desa yang peduli biasanya gotong royong mengganti bambu yang sudah tidak layak.

Tetapi sepertinya tahun ini, sejak hujan tempo hari bambunya belum diganti, ada beberapa bagian yang bolong, dan kami harus hati-hati melewati bambu yang licin dan rapuh itu.

"Mak, jembatannya makin parah saja, ya, sebaiknya Emak tidak usah mengantar Ana ke seberang. Insya alloh Ana selamat." Aku membujuk Emak, tetapi sepertinya tidak mempan.

"Biar Ana, Ini terakhir kalinya Emak mengantar Ana, Emak bangga dengan kamu, Emak ingin melepas kamu dengan tangan Emak sendiri.

"Tapikan, setelah jembatan ini Ana akan naik ojek dan sampai di sekolah bertemu rombongan."

"Sudahlah Ana jangan banyak bicara, Emak sayang kamu . kamu yang kupunya satu-satunya." Emak setengah menyeretku agar aku tak banyak bicara, mungkin karena Emak terlalu bersemangat ternyata bambu yang emak injak adalah bambu yang rapuh seketika Emak berteriak dan jatuh terperosok kedalam sungai.

"Emakkk...!" Keringatku bercucuran.

Aku terbangun. Mimpi itu selalu datang seperti alarm pagi. Membangunkanku untuk bertugas menjadi Dokter di sebuah Rumah Sakit ternama di Jakarta. kulihat foto Amarhum Emak, beliau wafat saat pulang mengantarkanku untuk kuliah ke Jogja. Setelah aku sampai di sekolah, lambaian tangan Emak menjadi lambaian terakhir. Emak pulang melewati jembatan itu dan jatuh kesungai. Warga desa menemukannya sehari kemudian . Dan aku mengetahui kabar itu seminggu kemudian saat menelpon Mang Udin untuk memberi nomor teleponku di Jogja. Emak menyusul Bapak yang sudah lebih dulu dipanggil Alloh karena TBC, karena itulah aku ingin jadi dokter.

+/- 600 word :)

21 comments:

  1. Mimpinya serem. :|
    Aku biasanya nggak kuat kalo baca postingan yang agak panjang dikit aja. Tapi ini ceritanya bagus. :)

    ReplyDelete
  2. sedih :(

    tapi panjang kali yah :D

    ReplyDelete
  3. terharu mak :(hiks bagus ceritanya

    ReplyDelete
  4. ceritanya sedih, semoga emak emndapatkan tempat yang terbaik disana

    ReplyDelete
  5. lah, kata-katanya meluap nyampe 600 mak?

    Kasian bgt kamu nak...:(

    ReplyDelete
  6. Mak, bunda masih awam mencerna FF, jadi rada-rada bingung nih sama kalimat berikut:
    ".............beliau wafat saat pulang mengantarkanku untuk kuliah ke Jogja. Setelah aku sampai di sekolah, lambaian tangan Emak menjadi lambaian terakhir. Emak pulang melewati jembatan itu dan jatuh kesungai." Mungkin maksudnya bukan "Setelah aku sampai di sekolah, .....," tapi "Setelah aku sampai di kampus...." Maaf kalo interpretasi bunda salah. Penjelasan Mak Sugiharti untuk pembelajaran bunda nih. Makasih ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehee makasih bunda advise nya.

      Jadi saat di sekolah SMU nya kan Emak melambaikan tangan saat Ana naik bus menuju Jogja, jadi masih di sekolah kan melambainya. Lalu emak pulang lewat jembatan. gitu maksudnya bunda semoga mengerti ya. Atau nanti saya cari kata yang tepat lagi ya..

      Delete
    2. iya mbak bagian yg itu juga saya agak bingung, hehe

      Delete
  7. Waaaah...berati kudu jadi dokter dan arsitek, biar bangun jembatan yang lebih bagus, heheee...

    Bagus banget.

    Salam
    Astin

    ReplyDelete
  8. Semoga jadi dokter yang istiqomah ya :')

    ReplyDelete
  9. Duh, Emaaak :'( ceritanya panjang tapi aku bisa menikmati sampe akhir. Keren

    ReplyDelete
  10. Ya ampun mak hana, saya merinding bacanya. banyak sekali desa2 di banten yg jembatannya memprihatinkan, bahkan sdh putus. saya jadi ingat akan itu. nice story. saya udah lama banget g bikin cerita fiksi.

    ReplyDelete
  11. mendingan ga usah pakai mimpi.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung, silahkan berkomentar dengan sopan, dan lucu *loh

dan jika berkenan dengan nama dan alamat Blog yang benar
Supaya memudahkan saya untuk bersilaturahmi kembali.ke Blog Kamu