Monday, September 16, 2013

Perempuan Bijak dan Kritis selalu menulis

 


Menulis untuk POTRET sangat menyenangkan, karena Pak Tabrani sebagai pengasuh dan Pemred POTRET sangat mengerti dan selalu menampung keluh kesah perempuan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Setiap minggu ada topik yang dibahas, dan kita bisa mengirimkan OPINI apapun tentang perempuan, ke potret.ccde@gmail.com.

Sebetulnya tak ada trik khusus agar sebuah tulisan kita dimuat di media, menurut saya hal yang perlu dimiliki adalah modal nekat dan semangat. Setelah mempunyai kenekatan untuk mengirimkan sebuah tulisan harus juga disertai riset dan fakta yang pasti kebenarannya, tidak boleh tebak-tebakan dan bisa dipertangungjawabkan kebenarannya (jika menyangkut sebuah fakta) berbeda bila hanya opini semata.

Berikut OPINI yang saat itu saya sampaikan. Ini naskah asli yang judulnya telah disesuaikan, Hmmm sepertinya saya harus belajar memilih judul yang baik .


Budi Daya Menulis Perempuan Indonesia
Teringat pesan Imam Ghazali yang berbunyi, “ Jika kamu bukan anak raja, dan bukan anak ulama besar maka menulislah”.
Menulis identik dengan membaca. Kepandaian seseorang dalam menulis erat kaitannya dengan seberapa banyak Dia membaca. Faktanya, tidak semua yang menggemari membaca, serta merta menjadi penulis.
Dalam sejarah budaya islam, Menulis dan membaca sangat di anjurkan. Bahkan dalam Alquran ditegaskan, Iqra, Bacalah dengan nama Tuhan mu.
Membaca bagi sebagian perempuan Indonesia mungkin sudah menjadi rutinitas dalam keseharian, dimulai dari yang paling mudah yaitu membaca  resep, membaca jadwal kalender tentang datang nya waktu Mens, dan lain-lain.
Jauh dimasa keemasan para nabi menulis juga sudah di dengungkan oleh salah satu istri Nabi Muhammad yaitu Aisyah. Kecerdasan dan ilmu yang tinggi membuat Aisyah menjadi sosok istri yang pandai dalam berbagai ilmu pengetahuan.
Beberapa hadist diriwayatkan melalui beliau. Kecerdasan nya tidak diragukan lagi. Sosoknya yang pandai dan cepat dalam menguasai alquran dan ilmu pengetahuan lainnya,  membuatnya menjadi pengajar yang hebat diusianya yang belia.
Di Indonesia, Perempuan menulis sudah mulai menggeliat, Peran Kartini sepertinya membawa perempuan Indonesia menjadi melek buku. Berbagai bidang pekerjaan yang semula milik kaum adam, mulai dijajaki kaum hawa.
Begitu juga menulis, Beberapa penggerak dunia kepenulisan mulai membawa para Perempuan untuk terus menggali potensi diri dalam hal kepenulisan.
Sebut saja Helvy Tiana Rosa, yang tak henti-hentinya menggeliatkan semangat menulis dari kampus ke kampus. Atau Asma nadia dengan gaya feminine nya membawa Perempuan keliling dunia dan membukukannya.
Seorang pipiet Senja, diusianya yang tidak muda lagi, masih juga mengisi seminar-seminar kepenulisan di berbagai Negara. Apalagi beliau sangat aktif membina para TKI dan khususnya TKW untuk mengisi libur mereka dengan kegiatan yang positif seperti menulis.
Fakta nya menulis adalah bukan hal yang asing. Sebagian Perempuan muda Indonesia sangat suka menulis, seperti menulis buku harian. Kebiasaan menulis buku ini dapat terus dikembangkan. Karena dengan menulis perempuan mempunyai banyak keuntungan. Diantaranya;
1.  Perempuan bisa menyampaikan aspirasi nya melalui beberapa media. Efeknya, suara perempuan akan lebih diperhatikan dalam sebuah Negara.
2.  Aspirasi perempuan tak lagi di pandang sebelah mata. Dengan menulis dan Mengemukakan pendapat nya perempuan bisa memberi sumbangsih untuk lingkungan .
3.  Menjadi perempuan penulis juga menjadikan anak-anak yang mereka lahirkan menjadi anak yang kritis. Mampu bersaing dan life ready.
4.  Dampak nyatanya perempuan menulis bisa lebih sampai pesan moralnya, karena dengan kelembutan dan feminitasnya bahasa perempuan lebih mengena di hati setiap pembaca.
5.  Menulis juga langkah aman untuk menyuarakan keinginan, di bandingkan dengan berdemo, membawa balita mengharap seorang pemimpin pemerintah akan mengerti keinginan perempuan.
6.  Media kini, menjadi sahabat untuk mengungkapkan keinginan dan harapan rakyat khususnya perempuan. Jadi langkah menulis adalah langkah terbaik untuk menyuarakan harapan tersebut.

Beberapa instansi pemerintah dan masyarakat pengguna jalanan sudah bosan dengan demo yang memacetkan jalan, lalu lintas Indonesia sudah cukup ramai walau tanpa demo. Kemacetan sudah merajalela diperkotaan. Dengan menulis, apresiasi harapan lebih mengena dan lebih terkoordinasi. Dan dengan menulis sopan tentunya.
Menulis bagi para perempuan juga bukan hal yang mudah. Beberapa sebab menjadi alasan untuk tidak menulis. Kesibukan mengurus rumah tangga, perempuan bekerja, dan lain sebagainya membuat perempuan memilih garis aman.
Padahal tidak sedikit peran ibu rumah tangga yang juga tetap berbarengan menulis dengan baik. Menjadikan menulis sebagai hobi adalah langkah awal untuk membudidayakan menulis bagi perempuan. Karena sejatinya perempuan mempunyai beberapa kelebihan dalam hal menulis disbanding kaum hawa. Pesan yang diinginkan bisa lebih cepat sampai pada pembaca karena pembawaan yang lugas, penuturan yang lembut, dan bahasa yang sopan.



4 comments:

  1. sangat setuju jika perempuan bersuara lewat tulisan, tapi jangan sampai ada kasus seperti prita lagi.

    ReplyDelete
  2. Betul mak, perempuan sebaiknya menjadikan menulis sbg hobi..karena begitu banyak manfaat yg kita dpt melalui aktivitas menulis :)
    Mak Hana, di paragraf akhir kayanya ada typo ya.. hawa seharusnya adam kan mak?

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung, silahkan berkomentar dengan sopan, dan lucu *loh

dan jika berkenan dengan nama dan alamat Blog yang benar
Supaya memudahkan saya untuk bersilaturahmi kembali.ke Blog Kamu