Tuesday, October 1, 2013

Prompt #28 Gabah Abah

credit
"Jang, bawa yeuh hu'utna!"

"Tong loba-loba teuing, Bah. Sakarung wae!"

"Nya kumaha maneh we atuh."

Percakapan Abah dan Dadang Sikenek membuatku sedikit was-was. Sisa hujan semalam biasanya membuat jalanan kampung menjadi licin.

"Hana mau duduk di depan atau di belakang?"

 Abah bertanya seolah dia tidak tahu hobiku. Mobil colt bak ini sisa pensiun Abah. Di kampung ini pagi hari banyak sekali Ibu-Ibu atau pun anak sekolah yang akan berangkat ke pasar dan tujuan lainnya. Jarak 3km cukup lelah jika berjalan. Maka dari itu, mobil Abah ini adalah tumpuan mereka. Biayanya murah meriah asalkan rela duduk berjejalan di bagian belakang. Selama ini mereka senang padahal cuaca di Garut sangat dingin, apalagi jika hujan.

Aku biasa duduk di samping Abah, tapi pagi ini aku memilih bergabung dengan para Ibu yang hendak pergi kepasar. Kepala mereka berbalut kerudung pendek dan bersweater tebal. Pukul 05.30 aku sudah bersiap ke sekolah duduk di belakang tanganku terpatri pada sandaran bak mobil. Biasanya saat melewati sebuah pemakaman jalanan lebih licin, jalannya berbatu belum beraspal.

Aku terus berdoa semoga di makan itu lancar. Cuaca dingin dan semilir angin membuat ku merapatkan jaketku. Tubuhku bergoyang tubuh semua penumpang persisnya. Tak biasanya penumpang sangat penuh. Tapi aku yakin Abah bisa mengatasi perjalanan kali ini dia sopir terhandal versiku.

Benar saja, setelah sampai didepan makam, ban belakang sedikit selip. Ban hanya berputar disitu saja , mobil meraung menghimpun kekuatan. Aku mempererat peganganku. Ini kali pertama aku duduk dibelakang.

"Dang, bere hu'ut!" Abah memberi komando.

 Dadang segera turun memberi gabah pada jalan yang membuat ban selip. Jika hujan tiba dan laju ban tidak maju maka Abah selalu memberi gabah agar mengurangi kelicinan. Sepertinya memberi gabah kali ini pun manjur, mobil melaju dan aku bersorak. Tetapi aku melupakan peganganku, sebuah batu membuat mobil oleng dan aku terjatuh.

Tak sadar dengan posisi jatuhku, aku merasa seseorang menarik rambut kepangku, aku merasa badanku berputar lalu terbang diiringi suara gas yang terus Abah injak. Mengaung beriringan dengan suara teriakanku, teriakan semua penumpang, samar kudengar beberapa Ibu menjerit.

"Abah, berhenti rambut Hana terlilit ban!"

 Subuh yang gelap aku tak bisa melihat apa-apa, tak pula bisa mendengar.

400 word

Terinspirasi dari kisah pribadi penulis yang berasal dari kampung hu'ut :D

Dictionary :

"Jang bawa yeuh hu'utna!" (Jang, bawain gabahnya)

"Tong loba-loba teuing, Bah. Sakarung wae!" (Jangan banyak-banyak, Sekarung saja)

"Nya kumaha maneh we atuh." (Terserah kamu saja)

"Dang, bere hu'ut!"(Dang, beri gabah)

18 comments:

  1. Hehehe... asa terbang ke 20an taun lalu. Dulu pas pulang skolah saya dijemput mamah jalan. Trus ada tetangga yg punya penggilingan padi, kita nebeng dan saya teh pengen ngerasain kumaha rasana duduk di belakang. Hahaha... duduk di belakang colt teh tenyata ga enak. Banyak sisa hu'ut ngarapung kena mata

    ReplyDelete
  2. Hahaha eta mah coltna teu disapu heula atuh neng

    ReplyDelete
  3. Mbak hana orang sunda juga ternyata ya :)

    ReplyDelete
  4. Aku belum dapat ide buat promt ini mbak. Buntet :(

    ReplyDelete
  5. Coba bahasa sundanya dibanyakin. #MengenangKampungHaaman.

    ReplyDelete
  6. Skrg udah tau mak, siapa yang narik rambut kepangnya?

    Hmm.. "Terinspirasi dari kisah pribadi penulis" yah?

    *Ngebayangin mak hana jejeritan karena rambutnya ditarik* :D

    ReplyDelete
  7. kisahx tamat atw bersambung bunda??
    unik jg hu'ut itu trnyata gabah, cr penyebutanx gmn ya... *smile

    ReplyDelete
  8. Selamat karena ada yg narik kepang? trus akhirnya gimana? penasaran

    ReplyDelete
  9. Loh bahasanya saya kurang mengerti, maklum saya bukan orang sundo bundo.

    Heheheee...

    ReplyDelete
  10. Wah, menyisakan misteri nih mbak ceritanya...

    ReplyDelete
  11. masih sedikit berantakan nih penulisannya. penulisan kata depan 'di' dan tanda baca juga perlu diperhatikan.
    tentang ceritanya sendiri, ini seperti mengatakan : "aku naik mobil, aku jatuh".
    Sesudahnya apa? Tambahkan konflik dong.
    :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. paham banget maksudnya.

      yang aku ga paham kenapa bang attar ga lihat konfliknya, padahal jelas sekali.

      Delete
  12. He'eh.. Ngeri pisan ieu mah! Kayak kasus si Menejer nu rambutna kabelit roda sapeda motor trus ma'ot! :-)

    ReplyDelete
  13. true story ini mak? Lha terusannya gimana *penasaran :)

    ReplyDelete
  14. wah nggak paham jadi ndak tahu maksudnya

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung, silahkan berkomentar dengan sopan, dan lucu *loh

dan jika berkenan dengan nama dan alamat Blog yang benar
Supaya memudahkan saya untuk bersilaturahmi kembali.ke Blog Kamu