Monday, December 17, 2012

#Postcardfiction#Berbagi Cinta

Dingin mulai menusuk tulang. Tangan lembutnya menyertakan jaket tenun lembut ke pundak ku. Ternyata perempuan itu sangat cantik. Aku baru menyadarinya belakangan ini. Tak hanya cantik di wajah, tetapi juga cantik hatinya. Mungkin keegoanku selama ini menutupi pandangan ku tentangnya.

"Bunda.. Bunda Laras main bola yuk,"

Anak ku memanggil wanita muda itu.

"Sebentar saya tinggal ya kak,"

 Dia pun berlalu. Mataku mengikuti langkahnya menuju anak ku yang sudah menunggunya mengajak bermain bola.

 Dari arah berbeda, sebuah mobil hitam yang baru saja parkir di halaman rumah kami, menyapa dengan klakson mobilnya.

'Ayah' batinku.
Aku hanya bisa membatin. Suaraku sudah lama menghilang.

Laki-laki yang kupanggil ayah itu menghampiri ku. Sebuah kecupan hangat mendarat di pipiku. Laras menghampiri kami, dia mencium tangan Ayah dan Ayah membalas mencium keningnya.
sedangkan anakku setengah berlari menghampiri Ayah dan naik di pundaknya.

"Wah hujan.., " Ayah berseru panik.
"Ayo semua kita masuk rumah.." Ayah menggendong anakku dengan berlari.
sedangkan aku.. Aku pun berlari dengan kursi rodaku. Di dorong laras yang membungkukan badan nya agar aku tidak terkena hujan.

Sesampainya di dalam rumah, Laras sibuk membuatkan teh hangat untuk kami bertiga. lalu dia menghampiriku
"Ya alloh kak maafkan Laras, baju kakak basah, ayo kita ganti kak"
Laras mendorong kursi roda ku kearah kamar. Dia seperti diriku sendiri, tak pernah jijik, segan atau pun malas membersihkan seluruh bagian tubuhku.
Sekarang aku sudah merasa hangat. Kami berempat duduk bersenda gurau ditengah gemericik hujan. Ayah selalu saja membuat lelucon lucu jika kami berkumpul.

Sepuluh tahun pernikahan aku tak pernah merasakan kehangatan seperti ini.  Dua tahun lalu sebuah kecelakaan telah merenggut nyawa anak sulung ku.  Aku masih selamat, tetapi seluruh tubuhku lumpuh tak bisa bergerak. Bahkan senyumanku pun menghilang.

Kehadiran Laras telah mengubah segalanya. Iya, laras maduku. Kami pernah bertemu dia di panti sepuluh tahun lalu.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Postcardfiction @kampung fiksi .

7 comments:

  1. Mba Hanaa... yang ini critanya emang bikin galau deh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. maafkan atas kegalauan ibu-ibu ya.. xixi
      mari kita galau bersama :D

      Delete
  2. Cerita yg sangat menyentuh mba,...*_*
    salam kenal ya mba....:)

    ReplyDelete
  3. salam kenal kembali mba..
    makasih sudah mampir

    ReplyDelete
  4. Cerita yang menyentuh ditambah backsound yang ini, klop deh :)

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung, silahkan berkomentar dengan sopan, dan lucu *loh

dan jika berkenan dengan nama dan alamat Blog yang benar
Supaya memudahkan saya untuk bersilaturahmi kembali.ke Blog Kamu