[Berani Cerita #1] Terindah

Ijinkan aku memelukmu, mungkin untuk yang terakhir kali. Walau dengan sekuat tenaga tak pernah ingin, berpikir sejauh itu.

Merajut bayanganmu di hatiku, seperti sebuah episode kejar tayang sebuah sinema elektronic. Hampir setiap hari aku menata hati, berlalu dari scene yang satu dan beralih pada scene selanjutnya, di esok hari.

Kau pikir mudah melupakan hari demi hari yang telah kita lalui bersama? Kau pikir mudah mengembalikan semua pengorbanan yang ku berikan dan hanya kau buang sia-sia? Aku tak pernah mengerti apa yang ada dalam benakmu. 

Bukankah sinyal-sinyal berpendar cahaya selalu kunyalakan, seperti morse yang muncul saat kita mengeluarkan kata sandi. Kau dan aku tahu, setiap kata sandi yang kita utarakan . Tapi mengapa kau seakan pura-pura tak tahu sedalam apa rasa cinta ini .

Baiklah jika ini jalan yang kau tempuh, aku terima pengorbananmu. Aku akan selalu mendukungmu apapun yang kau lakukan. Akan kupatri namamu di relung hatiku yang paling dalam.

 Akan kubangun  Taj mahal di hatiku. Akan kuciptakan jembatan antara hatiku dan hatimu. Agar sejauh apapun kita terpisan kita akan tetap terhubung. Percayalah padaku . Aku tak akan meninggalkanmu begitu saja.

Tunggulah aku disini. Aku adalah Laki-laki sejati. Pantang aku ingkar janji . Percayalah padaku. Bukankah aku tak pernah membohongimu. Kau adalah nafas dan  darahku. Sekali lagi aku memohon padamu,  percayalah padaku , aku tak akan pernah  bisa berpisah lama darimu.

Bukankah kita mempunyai diary yang kita tulis bersama-sama? Janganlah kau diam membisu. Semua kulakukan karena terpaksa. Bukan kah kau yang meyakinkan aku , bahwa kau bisa kuandalkan?

Mengapa pada detik-detik terakhir ini kau begitu gamang? Buang jauh-jauh semua rasa ragumu itu . Bukan kah kita berjanji untuk menggapai cita-cita kita  bersama. Tenang saja , pegang janjiku. Kau tak akan merasa sendiri disini. Segera aku akan menjemputmu. Kau adalah hal terindah dalam hidupku . Tak mungkin aku menyia-nyiakanmu.

"Mas,.. Mas,.. "  Seorang ibu di depanku membuyarkan lamunan.

"Hmmm , sebentar ya,  Bu. " 

Aku melihat laptop yang sejak tadi dalam pelukan. Lalu pandanganku beralih pada layar HP, tertulis disana bahwa ibu tidak bisa mengirim uang kuliah bulan ini, karena  warung gudegnya kena gusur. 

" Ya sudah, Bu, laptopnya saya gadaikan. " 

"Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma."