Aku mencium bau melati dari ikat kepala yang menjulur ke dadaku. Melati asli, Hmmm segarnya. Sanggul yang baru saja terpasang membuatku kesulitan menengok kiri dan kanan. Aku merasa seperti robot.
"Kenapa Mbak, Ndak biasa ya?" tanya seorang perias memandang ku dengan senyuman.
"Iya Nih Mbak, saya belum pernah pakai perhiasan dan acceoris serame ini"
"Namanya juga hari bahagia, harus istimewa"
"Mbak cantik kok, pasti nanti calon suaminya pangling" timpalnya lagi.
Keramaian di luar kamar terdengar sampai ruang hias. Aku mendengar sayup-sayup seseorang berkata bahwa mempelai pria sudah datang, dan menuju mesjid yang hanya beberapa langkah dari rumahku. Hatiku berdegup kencang, Ibuku membuka pintu dan masuk.
"Sayang, ayo kita ke mesjid Nak.. Calon suamimu sudah datang"
"Wahh anak Mama cantik sekali,.. " Mata Mama berkaca, Aku melihat bayangan wajahku sendiri dimatanya.
"Doakan Aku ya Mah,.. Aku sayang Mama"
"Pasti, Nak.."
Aku melangkah pasti menuju mesjid, tak sampai lima menit aku sudah didudukan di samping seorang pria yang sangat tampan. Dialah calon suamiku. Berbagai mimpi telah kami lukis bersama, dan siap merealisasikan nya setelah ijab kabul. Sebuah kerudung putih di lengkupkan dikepala kami berdua.
"Saya nikahkah.. "
***
"Alhamdulillah.. " Semua mengucap syukur bahagia.
Akhirnya Aku sudah resmi menjadi Ny. Hadi. Satu demi satu tamu undangan menyalami. Dan tibalah Kami menaiki mobil Mini Cooper yang Hadi miliki. Beberapa Accesoris terlihat menghiasi mobil itu. Khas mobil pengantin, lengkap dengan beberapa kaleng yang di gantung di belakang bemper mobil.
"Sebentar Sayang Aku punya kejutan buat Kamu"
" Maaf ya Aku menutup matamu"
Aku hanya pasrah saja, saat Hadi menutup mataku dengan sebuah sapu tangan.
"kamu jangan ngintip ya, Sayang"
Aku digiring menaiki mobil, tak selang berapa lama mobil melaju. Aku masih tidak diijinkan membuka mata. Hadi berkata bahwa dia akan membawaku kerumah baru Kami. Rumah yang Aku idamkan. Rumah unik dan terbuat dari bahan-bahan traditional. Tak selang berapa lama, Aku merasakan mobilnya terhenti.
"Sampaiii.. " Kata Hadi.
"Sini Aku bantu ya"
Aku perlahan turun dari mobil dibantu Hadi.
"Sekarang buka matanya, kita sudah sampai di rumah baru kita" Hadi berseru riang.
Aku membuka mataku perlahan, Angin segar meniup wajahku. Aku merasakan kesejukan, akan tetapi setelah melihat rumah di depanku, Aku merasa terkejut sekali. Bagaimana bisa Hadi mendeskripsikan rumah impianku sejauh ini. Aku pernah berkata aku ingin rumah yang antik, tapi bukan berarti harus seram begini.
"Mas Hadi.. kamu yakin?? "
"Yakin sayang,.. " Hadi tersenyum lebar..
"Tahu tidak, ini rumah sebetulnya bagus, hanya saja sudah lama tak terpakai . Yah sekitar 20 tahunlah.."
"Bangunannya sudah aku cek, kuat sekali karena terbuat dari jati asli"
"Kamu suka kan,? hanya cat sana sini dan bersih deh.."
Aku membayangkan malam pertama di rumah tua, seketika aku melihat beberapa burung menari dikepalaku.
"cit cit cuit cit cit cuit.."
450 word.
hahaha... malam pertama hororrr........ :))
ReplyDeletehihihi.. kasian..
ReplyDeletePengsan, :D Mak, mau menganalisis tulisanmu, tapi aku masih ragu, hehehe!
ReplyDeletedengan senang hati loh makkk horayy
Deleteditunggu yaa
dengan senang hati loh makkk horayy
Deleteditunggu yaa
Astaga... Hadinya lagi mabuk atau gimana :)))
ReplyDeleteya ampun, ternyata suamimu gagal paham tentang makna rumah impian yang dirimu maksud hihihi..
ReplyDeletekalo aku mah, udah mewek minta pulang itu.
*salam kenal yah mba*
Makin mantap nih mak hana nulis fiksi.
ReplyDeletewhat? hadiahnya kok rumah tua sih..... horor dong.... hehehehe....
ReplyDeletegak kebayang kalau aku yang malam pertama di rumah tua 20 tahun nggak dihuni, mbak. serem bok..
ReplyDelete