credit |
Aku bergegas. Kaca mata hitam dan asesoris lain untuk menyamarkan identitas, sudah melekat. Aku tak mau melewatkan detik demi detik waktu yang terus berjalan. Aku harus bekerja keras tetapi, tak ada yang bisa dikerjakan jika tak ada orderan.
Mobil ini satu-satunya peninggalan masa kejayaanku. Gaya hidup yang kujalani membuat aku lebih cepat kehilangan harta benda dari pada saat mendapatkannya. Aku ingin karir yang cemerlang lagi. Aku ingin memiliki banyak uang dan foya-foya seumur hidup. Menjadi artis terkenal seperti dulu. Dan melajang seumur hidup agar tak pernah ada yang mengatur kehidupanku.
Tepat di sebuah rumah mewah dengan puluhan pilar penyangga, aku menghentikan mobil. Pagarnya putih, dan cat tembok keseluruhan juga berwarna putih. Seorang penjaga rumah sepertinya sudah mengerti apa yang biasanya dilakukan oleh setiap tamu yang datang didepan rumah itu. Aku langsung dipersilahkan masuk dan menunggu giliran. Aku melihat satu persatu tamu yang datang dengan berbagai macam rona wajah.
Tibalah giliranku. Seseorang yang dipanggil Eyang menghampiriku dengan hangat, dan menggandengku memasuki sebuah ruangan.
"Apa kabar, cantik? " Sapaan dari mulut tak bergigi itu membuat aku mengulum senyum.
"Baik, Eyang. " Aku hanya bisa mengulas senyum. Sebenarnya malas sekali aku berhubungan dengan hal-hal klenik semacam ini. Apalagi mendatangi bandot tua ini. Hanya saja jalan hidupku sudah buntu. Aku harus mencoba jalan yang ditunjukan oleh salah seorang sahabatku. Aku pernah kerumah ini mengantarnya. Dan sahabatku itu kini sudah kaya raya.
" Begini, Eyang.. "
"Tidak usah bicara apa-apa, Eyang sudah tahu "
"Hmmm, yakin Eyang"
"Yakin dong, Eyang gitu loh" Sebetulnya aku benci sikapnya yang genit itu.
Lelaki yang kupanggil Eyang itu lalu meramu beberapa bahan yang aku tak pernah tahu terbuat dari apa. Lalu dia mengeluarkan sebuah parfum berwarna merah.
"Begini cara memakainya" Eyang meneteskan parfum pada beberapa bagian tertentu diwajah dan dadaku. Aku menurut saja, wanginya sangat menggoda, harum sekali. Dan seketika aku tak tahu lagi apa yang terjadi.
****
Aku membuka mata, sepertinya bukan ditempat terakhir aku bertemu Eyang. Ruangan ini begitu asing. Aku dikejutkan sebuah suara disampingku.
"Selamat pagi permaisuriku, selamat kau telah menjadi istri ke sepuluh Eyang, pasti kamu senangkan?"
wah, ini pasti nih ceritanya eyang cukur ya :))))))
ReplyDeletehahahaha habisnya ga ada ide mak :D
DeleteUpsh.... Eyang $*#*r kah itu ? *kepo
ReplyDeletewkwkkwkw begitulahhh :D
DeleteAduh, aku kok melotot sih membaca kalimat terakhirnya? jadi gemetaran gini *pyuh...lagi enggak nulis tentang akyu kan? hahahaa, keren Mba Hana
ReplyDeletejangan - jangan ini keinginan terpendam ya mba? hahahhaha
ReplyDeletebahaha~
ReplyDeleteuntung aq g pernah pergi ke eyang2 :p
kehabisan ide tapi tetep bagus mbak :)
ReplyDeleteiiiiih, si eyang ..
ReplyDeletehahahaha.. klo yg ini harusnya berjudul "Cintaku mendarat di rumah Eyang" mak hihihi...
ReplyDeleteMak Hana, ada aja bahan buat ngeles, gak ada ide tapi jadinya keren gini :D mudah2an Eyang gak baca prompt ini, nanti dia dapat ide buat cari istri ke 11 lagi :D
ReplyDeleteha ha...mak Hana promptnya gokli terus...tapi keren kok idenya...
ReplyDeleteEyang hati-hati di grebek FPI loh hehehe
ReplyDeleteealaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhh :))))))
ReplyDeleteEyang Makmur, tua2 keladi XD
ReplyDeleteEyang sok tau -___-
ReplyDeleteooh ... si eyang itu tuh ..he he.. Ati2 lho mak Hana, nanti disamperin sama eyangnya :))
ReplyDeleteeyang lg terkenal dimana2 hehe
ReplyDeletehaha...ta kira beneran ini...ceritanya :)
ReplyDeletehaha...ta kira beneran ini...ceritanya :)
ReplyDelete