Credit |
"Mbak Hana, kamu kok sekarang gendut sih?" Fajar membuka percakapan.
"Menurutku sih, bagusan gendut, berisi tepatnya dari pada cungkring kayak kamu, Jar."
"Kamu kalau aku bilangin selalu sewot Mbak. Liat tuh kulit kamu juga kering jarang pake pelembab. Aku yakin deh."
"Jar, kayaknya kamu kalau mandi tiga hari sekali ya? bau tahu!"
"Duh bisa gak sih kalian berdua gak berantem melulu! pusing dengernya." Karryna mendengus kesal. Mencoba melirik arah jarum jam. Seharusnya kereta yang ditunggu sudah datang. Tapi sepertinya terlambat dan Karryna harus menyaksikan kakak iparnya Hana terus bertengkar dengan Fajar pacarnya, hanya soal tubuh dan perawatan kulit.
Mereka bertiga duduk berderet di sebuah kursi tunggu stasiun. Menunggu suami Hana yang akan datang dengan kereta api sore.
"Ya, sudah aku ngalah . Males harus duduk deket kamu Jar." Hana beranjak dan duduk di belakang Karyyna dan Fajar.
Sesaat hening. Hanya suara penjaja makanan dan beberapa klakson mobil bersahutan dari kejauhan. Fajar dan Hana saling memunggungi. Sesaat kepala mereka berbalik dan kedua matanya beradu pandang. Tatapan aneh, hanya mereka berdua yang mengerti.
Dikursi dan posisi duduk yang sama. Keduanya membayangkan cerita di balik kursi itu tiga tahun yang lalu.
Fajar : "Hana, maafkan aku tak memperjuangkan kamu untuk kudapatkan. Aku memang tidak tegas, aku menggantungkan hubungan kita dilangit. Berharap malaikat menjaganya. Tapi aku lupa, bahwa aku tak mengikatmu hingga kau bebas memilih. Aku sangat menyesal dan masih menyimpan cinta itu hingga kini.
Hana : "Fajar, sejak kepergianmu untuk sekolah lagi, aku menunggu, menunggu kepastian hubungan kita. Aku tak ingin menunggu hingga jadi perawan tua untuk berjudi dengan nasibku. Kuputuskan untuk memilih. Tak ada yang menjamin jika kamu lulus kelak kamu tidak menggandeng calon istri dan ijazah bukan?"
Fajar : "Baiklah aku turut bahagia dengan pernikahanmu, tapi tak ada yang boleh tahu apa yang terjadi dengan hati kita. Aku akan terus membohongi hatiku, mencaci setiap keindahanmu dan membenci setiap apa yang kamu sukai. Demi mereka Han, mereka yang kita cintai. Tidak, sepertinya demi mereka yang mencintai kita. Tetaplah setia dengannya. Dan aku akan tetap setia dengan Karryna mereka orang baik. Juga kita . Ini hanya masalah takdir. Aku tak lagi menyalahkan Tuhan. Aku ikhlas. Aku yakin Tuhan tidak akan marah karena kita tak pernah ingkar dengan kesetiaan kita pada pasangan masing-masing.
Hana: " Deal."
Sayup terdengar kereta dari kejauhan lamunan mereka hilang terganti suara kereta yang semakin mendekat.
436 word.
cinta segitiga yah....
ReplyDeletetapi agak bingung.... "aku" itu siapa yah?
apakah fajar?
ceritanya seru buat di simak
ReplyDeletengebayangin kalo begitu... kutaksangguuupp deh
ReplyDeleteAku dan Fajar orang yang sama kah? Aku sih nangkepnya sama ya. Jadi sebaiknya konsisten pakai Aku atau Fajar. :)
ReplyDeletecerita yang menarik, penuh warna dan makna
ReplyDeleteidenya ada aja ya mbak
ReplyDeleteHmm.. POV-nya gak konsisten, nih ... Ada penulisan nama orang yg gak pake kapital. Trus penulisan kutipan percakapannya kayak skrip drama. Lainnya, sip! Hehe..
ReplyDeleteIni kedua kalinya saya berkunjung ke postingan ini. Yang pertama, saya belum ngeh, mungkin bacanya gak konsen, tapi skrg... udah ngerti hehehe....
ReplyDeleteflashback-nya masih kurang smooth nih mbak :)
ReplyDelete