Sebetulnya tak ada trik khusus agar sebuah tulisan kita dimuat di media, menurut saya hal yang perlu dimiliki adalah modal nekat dan semangat. Setelah mempunyai kenekatan untuk mengirimkan sebuah tulisan harus juga disertai riset dan fakta yang pasti kebenarannya, tidak boleh tebak-tebakan dan bisa dipertangungjawabkan kebenarannya (jika menyangkut sebuah fakta) berbeda bila hanya opini semata.
Berikut OPINI yang saat itu saya sampaikan. Ini naskah asli yang judulnya telah disesuaikan, Hmmm sepertinya saya harus belajar memilih judul yang baik .
Budi Daya Menulis Perempuan Indonesia
Teringat
pesan Imam Ghazali yang berbunyi, “ Jika kamu bukan anak raja, dan bukan anak
ulama besar maka menulislah”.
Menulis
identik dengan membaca. Kepandaian seseorang dalam menulis erat kaitannya
dengan seberapa banyak Dia membaca. Faktanya, tidak semua yang menggemari
membaca, serta merta menjadi penulis.
Dalam
sejarah budaya islam, Menulis dan membaca sangat di anjurkan. Bahkan dalam
Alquran ditegaskan, Iqra, Bacalah dengan nama Tuhan mu.
Membaca
bagi sebagian perempuan Indonesia mungkin sudah menjadi rutinitas dalam
keseharian, dimulai dari yang paling mudah yaitu membaca resep, membaca jadwal kalender tentang datang
nya waktu Mens, dan lain-lain.
Jauh
dimasa keemasan para nabi menulis juga sudah di dengungkan oleh salah satu
istri Nabi Muhammad yaitu Aisyah. Kecerdasan dan ilmu yang tinggi membuat
Aisyah menjadi sosok istri yang pandai dalam berbagai ilmu pengetahuan.
Beberapa
hadist diriwayatkan melalui beliau. Kecerdasan nya tidak diragukan lagi.
Sosoknya yang pandai dan cepat dalam menguasai alquran dan ilmu pengetahuan
lainnya, membuatnya menjadi pengajar
yang hebat diusianya yang belia.
Di
Indonesia, Perempuan menulis sudah mulai menggeliat, Peran Kartini sepertinya
membawa perempuan Indonesia menjadi melek
buku. Berbagai bidang pekerjaan yang semula milik kaum adam, mulai dijajaki
kaum hawa.
Begitu
juga menulis, Beberapa penggerak dunia kepenulisan mulai membawa para Perempuan
untuk terus menggali potensi diri dalam hal kepenulisan.
Sebut
saja Helvy Tiana Rosa, yang tak henti-hentinya menggeliatkan semangat menulis
dari kampus ke kampus. Atau Asma nadia dengan gaya feminine nya membawa
Perempuan keliling dunia dan membukukannya.
Seorang
pipiet Senja, diusianya yang tidak muda lagi, masih juga mengisi seminar-seminar
kepenulisan di berbagai Negara. Apalagi beliau sangat aktif membina para TKI
dan khususnya TKW untuk mengisi libur mereka dengan kegiatan yang positif
seperti menulis.
Fakta
nya menulis adalah bukan hal yang asing. Sebagian Perempuan muda Indonesia
sangat suka menulis, seperti menulis buku harian. Kebiasaan menulis buku ini
dapat terus dikembangkan. Karena dengan menulis perempuan mempunyai banyak
keuntungan. Diantaranya;
1. Perempuan bisa menyampaikan aspirasi nya melalui beberapa
media. Efeknya, suara perempuan akan lebih diperhatikan dalam sebuah Negara.
2. Aspirasi perempuan tak lagi di pandang sebelah mata.
Dengan menulis dan Mengemukakan pendapat nya perempuan bisa memberi sumbangsih
untuk lingkungan .
3. Menjadi perempuan penulis juga menjadikan anak-anak yang
mereka lahirkan menjadi anak yang kritis. Mampu bersaing dan life ready.
4. Dampak nyatanya perempuan menulis bisa lebih sampai pesan
moralnya, karena dengan kelembutan dan feminitasnya bahasa perempuan lebih
mengena di hati setiap pembaca.
5. Menulis juga langkah aman untuk menyuarakan keinginan, di
bandingkan dengan berdemo, membawa balita mengharap seorang pemimpin pemerintah
akan mengerti keinginan perempuan.
6. Media kini, menjadi sahabat untuk mengungkapkan keinginan
dan harapan rakyat khususnya perempuan. Jadi langkah menulis adalah langkah
terbaik untuk menyuarakan harapan tersebut.
Beberapa
instansi pemerintah dan masyarakat pengguna jalanan sudah bosan dengan demo
yang memacetkan jalan, lalu lintas Indonesia sudah cukup ramai walau tanpa
demo. Kemacetan sudah merajalela diperkotaan. Dengan menulis, apresiasi harapan
lebih mengena dan lebih terkoordinasi. Dan dengan menulis sopan tentunya.
Menulis
bagi para perempuan juga bukan hal yang mudah. Beberapa sebab menjadi alasan
untuk tidak menulis. Kesibukan mengurus rumah tangga, perempuan bekerja, dan
lain sebagainya membuat perempuan memilih garis aman.
Padahal
tidak sedikit peran ibu rumah tangga yang juga tetap berbarengan menulis dengan
baik. Menjadikan menulis sebagai hobi adalah langkah awal untuk membudidayakan
menulis bagi perempuan. Karena sejatinya perempuan mempunyai beberapa kelebihan
dalam hal menulis disbanding kaum hawa. Pesan yang diinginkan bisa lebih cepat
sampai pada pembaca karena pembawaan yang lugas, penuturan yang lembut, dan
bahasa yang sopan.
Opininya mantap mba Hana :)
ReplyDeletetulisan nya bagus mak :D
ReplyDeletesangat setuju jika perempuan bersuara lewat tulisan, tapi jangan sampai ada kasus seperti prita lagi.
ReplyDeleteBetul mak, perempuan sebaiknya menjadikan menulis sbg hobi..karena begitu banyak manfaat yg kita dpt melalui aktivitas menulis :)
ReplyDeleteMak Hana, di paragraf akhir kayanya ada typo ya.. hawa seharusnya adam kan mak?